Skip to main content

Chaging Direction

Changing Direction


Mungkin yang benernya bukan “Changing Direction” kali ya. I mean my direction is still towards Him, Allah. It’s just that now I am taking different path from my usual ones. All of a sudden, hidupku itu berkembang dari Sansan yang tomboy (sebenarnya masih sih sekarang juga) waktu kuliah dulu; Sansan yang penggila sepak bola (dan pemain sepak bolanya terutama yang pemain Italia. Gosh! They are just perfetto!); Sansan yang pergaulannya hanya kampus dan sekitar kos-an temen doang plus temen sekelompok (yang berkelompok karena kesamaan tingkat ekonomi, hobi dan kesediaan menerima keanehan masing-masing); Sansan yang penggemar U2 (itu sampe sekarang masih juga); Sansan yang hanya kenal satu orang hebat yang mempengaruhi hidupnya (dosenku, tempat curhatku, temenku, one of the persons whom I am look up to, Ari. Mudah2an dia ga baca blogku); Sansan yang sibuk ngurusin dan nganter lomba B.Inggris anak2 penggila lomba (Uphi, Needa, Rifki, dan yang lain) dan sekarang tiba-tiba si Sansan ini jadi aktifis buku.
Sebenernya dari dulu juga aku suka baca tapi karena waktu kuliah berhubungannya hanya dengan B.Ing doang, maklum itu jurusanku, jadi buku bacaanku juga ga jauh dari itu. Dan dosenku Ari, waktu itu memperkenalkan aku sama buku-buku berbahasa Inggris. Still remember those great days when I went to his house to borrow some books and then discuss them with him. Seperti sedang kuliah pengenalan sastra (walaupun aku ga dapet mata kuliah itu. Sebel, jadinya sekarang miskin ilmu sastra) gitu. Uenak banget karena dia ga memperlihatkan kalau dia itu dosen yang lulusan S2 yang pintar dan tau segalanya (sekarang lagi S3 di Amrik), jadi aku yang miskin ilmu ini tidak merasa seperti mahluk dungu. Sekedar info, aku panggil dia namanya aja, Ari. Makanya dia sampe bisa aku percaya untuk memegang rahasiaku. Begitu mengajar sudah mulai padat aku seperti lost my orientation. Ga ada lagi diskusi buku. Anak-anakku senangnya baca komik. SedihT___T. Waktu itu aku pernah memberi tugas membaca buku berbahasa Inggris dan yang baca dari angkatan itu hanya satu orang. Tapi itu cukup membuatku terharu. Akhirnya ada juga yang baca buku. Uphi, itu nama muridku. Dia baca The Little Prince dan dia berikan reviewnya padaku. He said, “Bu, it’s a great book.” Aku meleleh dan menangis. It’s the best reward for a teacher you know.
Minatku untuk berdiskusi dan menyebarkan semangat membaca buku itu dimulai lagi dari buku-bukunya Andrea Hirata. I owe him a lot. Coba dia ga nulis buku dan hanya bekerja di Telkom, mungkin aku sampai sekarang masih mencari-cari trigger untuk mengembalikan passionku itu. Thanks to him, sekarang aku mulai menyebarkan lagi kegiatan membaca (selain KOMIK) walaupun dengan paksaan. Ya, kalo ga dibuat tugas mereka ga akan mulai membaca. Diskusi buku dengan temen-temen guru (ternyata aku punya temen berdiskusi) secara tidak formal yang dimulai dari saling pinjam-meminjam buku. Mem-posting tulisanku tentang buku di blog, akhirnya aku bisa bertemu banyak orang dan berkenalan dengan orang-orang tersebut karena buku.
Several persons thought that I changed and they didn’t seem to like my changing. Tapi ada juga yang memberikan dorongan padaku. Mereka malah iri karena aku bisa kenal dengan orang-orang tersebut. Well, what can I say, I can’t please them all.
Ya, itulah Si Sansan sekarang. Lagi sibuk dengan buku belajar b.Korea dan mengejar mimpi-mimpinya. Cuman satu kali San, jangan sering mengeluh ya. Mungkin usaha kamu belum maksimal makanya sampe sekarang mimpimu belum kesampean. Keep the faith that dreams come true. Kata Bang Ikal, “Positive Thinking”. 아자 아자 화이팅! 頑張れ!p(^___^)q
Ingat! Resep hidup sukses dan bahagia itu salah satunya “Stop complaining dan Remember those happiest moment” Itu aku dapet dari pakar yang ngomong di Metro TV waktu itu.

Comments

Popular posts from this blog

프라이팬 놀이/Frying Pan Game/BTS

Playing Frying Pan Game/BTS We played a new game called Frying pan game (프라이팬 놀이) with our Korean guests in our Korean Class. It was fun. It’s like catching the mouse game. We learn the Korean numbers in the same time.  Say, if your friend mentions your name and the number, you have to mention your name according to the number he/she mentions previously.  For example, if your friend says "Dana dul (2)", so you have to say your name twice, "Dana...Dana" and so on and so on. If you make a mistake, well, you get the punishment. The type of the punishment depends on the agreement of the players. They are many types, trust me. Just choose one.  This game was played on one of the TV programs in Korea hosted by Kang Ho Dong (강 호 동), Hye Ryong said. 재미 있네요. 우리 애들이 놀이를 좋아해요.  But hey! BTS too played this game on one of their TV shows.  You can check out the video  here  So far, we have learned many Korean games. Mostly we got from Korean T

Bungeoppang a.k.a Taiyaki

Bungeoppang a.k.a Taiyaki “ What did Archimedes say? “Eureka”. I would like to borrow his word for my little success although I didn’t invent anything. ”     Aku udah bingung banget cari resep Bungeoppang , kue isi pasta kacang merah berbentuk ikan. Coba beberapa resep tetep tak sukses. Lalu aku tengok resep sodara tuanya Bungeoppang , Taiyaki . Ceritanya dulu orang Jepang yang memperkenalkan Taiyaki ke Korea saat jaman pendudukan mereka dulu. Nah, kalo orang Korea bilang Bungeoppang itu sama a ja  dengan Taiyaki . Untuk sejarah   Taiyaki dan Bungeoppang bisa dicari di Wikipedia . Infonya lengkap.   Back to my story Nah, setelah tidak berhasil dengan resep sebelumnya (kegagalan dijamin ada dipihak pembuat kuenya bukan di pembuat resep ^^;) aku kemarin iseng dan penasaran cari resep Bungeoppang dalam bahasa Korea tapi ga dapet. Ada sih satu tapi ga detail dan aku ga ngerti. Trus aku cari resep sodara tuanya aja, Taiyaki. I am lucky. Aku dapet beberapa resep Taiyaki. S

Dora The Explorer Dan Oreo Termahal

Dora the Explorer Dan Oreo Termahal Badan pegal – pegal karena terpenjara selama lebih dari lima jam. Ditambah lagi harus berhimpitan di kerumunan manusia saat festival. Begitu masuk ke dalam  subway , yang pertama kali ingin kulakukan adalah tidur. Ah leganya ketika kulihat ada kursi kosong yang bisa kududuki. Enaknya bisa selonjoran untuk mehilangkan rasa pegal di kaki. Rupanya ketika aku tertidur, muridku iseng mengambil foto diriku yang sedang tertidur. Refleks aku terbangun. Begitu tersadar, tiba – tiba muncul seorang anak kecil bersama ibunya. Mereka berdiri tepat di hadapanku. Harusnya aku beri kursi itu pada mereka tapi ada sedikit kebingungan soal memberi tempat duduk di Korea atau di Jepang. Terkadang para orang tua menolak tawaran tersebut. Terlebih lagi jika kita menawarkan kursi itu pada orang yang masih muda. Salah satu alasan yang kutahu adalah mereka tak ingin terlihat seperti orang tua. Maka, tak heran jika beberapa orang tua pun terkadang menolak diberi kurs