Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2008

Hang Out

Hang Out Oke, minggu-minggu ini aku bener-bener ga konek. Kayaknya ga mood aja untuk melakukan sesuatu. I know, I need to take my adventure pill which is not available right now. What a pity! (Mama, balik lagi ke Bandung, please….T__T) Anyway, akhirnya aku putusin untuk keluar rumah atas ajakan muridku yang kini udah jadi mahasiswa, Uphi. Tadinya cuma janjian makan aja tapi karena dia datangnya telat, jadi aku mampir dulu ke Gramedia. Udah lama banget ga liat-liat buku. Wuih…aku kelamaan ga nengok Gramed ya, ternyata udah banyak buku baru. Dan hiks…aku baru bisa nyatet judul-judul bukunya doang. Mudah-mudahan bisa diwujudkan segera. Trus, akhirnya ketemu juga ma Uphi. Kita makan siang. Karena aku lagi bener-bener terinspirasi ama buku The Naked Traveler, jadinya aku heboh ngobrolin buku itu sama dia. Hehehehehe…ternyata dia udah ke beberapa negara Asia yang aku sebutin di buku itu, Filipina dan Thailand. Malahan dia udah nyoba makanan aneh yang jadi khasnya Filipina. Kal

Berziarah ke Makam Bapak

Berziarah ke Makam Bapak Bapak, aku bahagia akhirnya bisa mengunjungi Bapak. Makam Bapak terletak di daerah tinggi. Pamanku menyerah ketika kami ajak untuk ikut. Beliau sudah tak sanggup lagi untuk mendaki. Ibuku juga merasa tak yakin beliau bisa menaiki tanjakan itu. Diantar oleh keponakanku, kami dan bibi pergi ke makam Bapak. Melalui jalan yang menanjak dan cuaca yang panas, cukup membuat kami kelelahan. Tadinya kami berencana untuk pergi pagi hari tapi karena hujan turun semalaman, niat itu diurungkan karena jalan pasti sangat licin. Selama perjalanan kakaku mengambil gambar pemandangan desa kakeku dari puncak. Indah sekali. Ketika sampai di makam, kakaku mulai memimpin doa. Rasa sedih tak sanggup kami pendam. Air mata bercucuran di pipi kami. Tak terkecuali dua orang laki-laki di keluargaku. Kami sangat merindukannya. Pulangnya kami me

Oleh-oleh Mudik

Oleh-oleh Mudik Akhirnya keluargaku mudik juga ke Panjalu. Sebelumnya aku dan adik-adik perempuanku agak ngeri mendengar kata mudik karena setiap melihat berita, jalur selatan selalu macet. Mudik kali ini penuh dengan cerita dan oleh-oleh yang berharga. Biasanya kalau mudik, kita hanya silaturahmi, jalan-jalan dan diakhiri dengan makan bakso yang terkenal di kota Tasikmalaya. Tempatnya tidak akan aku sebutkan, terlalu iklan. Tapi sekarang sedikit berbeda. Mudik kali ini aku bisa tahu Situ Panjalu yang terkenal itu. Hanya lewat sih, tapi situ tersebut terlihat jelas. Selain itu juga kita sempat lewat ke Bumi Alit, tempat penyimpanan barang-barang pusaka. Nah, selain tahu tentang Situ Panjalu, aku juga mendapat pengetahuan baru. Dulu setiap Nia dan Arif sibuk berguru pada Ibu agar bisa menganyam ketupat, aku tak pernah tertarik untuk ikut belajar. Tapi kepenasaran Arif membuatku tertarik juga. Dia sempat pada belajar pada Ibu dan Nia ketika di Bandung tapi belum mengerti

Silaturahmi yang Meriah

Silaturahmi yang Meriah Silaturahmi sekarang aku melihat banyak anak kecil di rumah kakek. Ada beberapa anak sepupu dan anak bibi. Ini fotonya. Lucu-lucu dan tingkah lakunya beda-beda. Ada yang hobi nempel pada Abinya. Ada yang nangis terus. Aku bertemu beberapa saudara yang aku tidak kenal. Sekarang aku harus bisa beramah-tamah dengan mereka. Kunjungan ke rumah kakek kali ini, diisi dengan belajar ketupat, pergi ke Situ Panjalu, berkunjung ke rumah paman yang baru dan di akhiri dengan makan bakso. Rumah pamanku terletak di kota Tasikmalaya, tidak begitu jauh dari rumah kakek. Pulang dari rumah paman, mampir ke pom bensin. Ya, ampun itu antrian kendaraan yang kehausan banyak sekali. Lagi-lagi harus mengantri. Ada adegan lucu saat mengantri bensin. Terlihat seorang anak muda yang membawa jerigen untuk membeli bensin. Dia pikir dia akan dilayani. Kami pun sudah mengomel karena dia memotong

Mudik…mudik…mudik….

Mudik…mudik…mudik…. Tahun ini mudik terasa berbeda. Kami kehilangan satu orang anggota keluarga. Biasanya kedatangan kami ke desa adalah untuk bersilaturahmi dengan kakek nenek tapi sekarang justru karena beliaulah kita mudik. Bapak, ya, beliaulah yang menjadi tujuan utama kami selain bersilaturahmi dengan keluarga di kampung. Jadwal mudik kami adalah hari Sabtu minggu lalu. Sengaja pergi lebih akhir untuk menghindari macet. Rupanya bukan kami saja yang berpikiran seperti itu. Nah, akibatnya kami tetap kebagian macet di beberapa ruas jalan walaupun tidak sampai macet total seperti arus dari selatan ke Barat. Perjalan ke Panjalu ditempuh dalam waktu tiga jam. Biasanya hanya dua jam setengah. Badan terasa remuk terlipat di minibus. Belum lagi terlempar ke kanan dan ke kiri karena jalur ke selatan berliku-liku. Niat pulang hari Minggu sudah kami coret ketika kami melihat arus balik di hari Sabtu. Hari Senin dipilih dengan alasan semua pegawai pasti pulang hari M