Skip to main content

Bagian Sejarah Hidupku Yang Hampir Terbuang…..

Bagian Sejarah Hidupku Yang Hampir Terbuang…..


Sebelum libur lebaran, aku ingin posting dulu. Postingnya numpang di kantor kakaku dan oleh kakaku. Hari Minggu kemarin, Kakak dan adiku yang bungsu beres-beres belakang rumah. Mereka membuang semua barang-barang yang tak berguna. Salah satu barang yang hendak mereka buang adalah kumpulan surat. Saat aku melihat tumpukan surat itu, aku langsung mencegah mereka untuk membuangnya. Mengapa? Surat itu bagian dari masa laluku……
Eit, tunggu dulu. Surat-surat itu penting bukan karena surat itu adalah kumpulan surat cinta. Tapi surat itu adalah kumpulan surat dari teman-temanku di luar negeri dan kumpulan kartu lebaran dari teman kuliah dan SMAku. Sekarang sudah tak pernah aku mendapatkan kartu lebaran lagi. Sekarang SMS lebih nge-trend dipakai untuk mengirimkan ucapan Lebaran.
Pernah mendengar kata IYS?
Kepanjangan dari International Youth Service. IYS adalah sebuah lembaga pendidikan dan pertemanan yang berpusat di Finland. Aku mulai berkenalan dengan IYS ini sewaktu masih duduk di bangku kuliah tingkat awal. Temanku Debby yang memperkenalkannya padaku. Persyaratannya gampang. Kamu hanya perlu mencari 10 teman yang bersedia ikut dan membayar $1.10 untuk pembayarannya atau sekitar Rp. 2.600 kurs tahun 1995. Setelah membayar nanti kamu akan mendapatkan daftar nama teman-teman di luar negeri yang bisa dijadikan teman surat-menyuratmu.
Tidak semua nama yang di daftar akan membalas suratmu. Aku pun hanya memiliki beberapa orang saja yang akhirnya menjadi teman. Selain aku, kakak, adik serta tetangga, teman kakaku juga aku ajak untuk menjadi anggota.
Teman yang aku punya berasal dari Italy, Mexico, Venezuela dan Kroasia. Untuk teman yang berasal dari Kroasi aku dapatkan namanya dari kakak Debby, Tony, yang sudah terlebih dahulu menjadi anggota.
Ini surat dari Anglica. Dia sempat menelpon ke rumahku. Kebetulan ibuku yang mengangkat. Tentu saja beliau kaget dan bingung karena dia berbicara dalam bahasa Inggris. Dengan terburu-buru dia memanggil-manggil namaku. “Teh, ini ibu ga ngerti. Cepet jawab!”
Ini surat dari temanku di Italy yang bernama Veronica Cani asal Iglesias.
Alasanku memilih Italy karena waktu itu aku penggemar sepakbola. Dan tim kesayanganku adalah Juventus. Tujuanku adalah agar aku bisa mendapatkan info sebanyak-banyaknya dari dia. Lucunya dia pernah memberikan aku kartu natal.
Kartunya unik karena saat aku buka tiba-tiba terdengar alunan musik. Jaman itu belum ada kartu yang seperti itu di sini. Setidaknya itu setahuku. Oh, iya. Sepupunya menjadi teman kakaku. Dia memberikan gambar temple pemain bola dari tim Juventus. Waktu itu kakaku sedang mencari gambar-gambar itu untuk ditempelkan di buku tentang sepakbola yang dia beli di salah satu toko terkenal di Bandung.
Ini surat dari temanku yang berasal dari Mexico. Namanya Nadia Ñanez Acosta.
Dia baik sekali. Sempat dia mengirimkan T-shirt untuku. Seringnya dia mengirimkan kartu pos dan kartu telpon. Dulu kartu telpon sering digunakan pula di Indonesia. Selain dari Nadia, aku mendapatkan juga kartu telpon dari Veronica, teman adiku yang berasal dari Prancis dan teman kakaku dari Jerman dan Malaysia. Kartu yang dulu banyak diincar temanku adalah kartu telpon dari Jerman karena gambarnya adalah gambar para tokoh komik Marvel.
Nadia juga adalah temanku yang terlama. Setelah dengan surat-nyurat, dia meneruskannya dengan mengirimkan E-mail padaku. Sayangnya, karena kealfaanku kini aku tidak bisa lagi berkirim E-mail dengannya. Aku berhenti berlangganan salah satu provider internet tanpa mencatat dulu alamat-alamat E-mail temanku seperti Nadia dan Anthony yang aku kenal waktu aku bermain Igo online dengan dia. Saat itu aku sok jago menantang dia main, tahunya aku selalu kalah telak. Ternyata dia sudah mahir bermain igo. Dia seorang anak SMA dari Hongkong. Bahkan ID Friendsterku juga hangus karena belum sempat aku ganti saat berhenti berlangganan layanan internet itu.
Nah, teman terakhirku itu bernama Dario Kučas dari Kroasia.
Saat itu, Kroasia baru saja beres dari perang saudara. Dia mahasiswa dari Universitas Zagreb, fakultas Mechanical Engineering dan Naval Architecture.
Dulu surat-menyurat ke luar negeri masih sangat murah. Ke Eropa itu paling mahal hanya seribu rupiah. Ke USA paling seribu lima ratus. Orang tuaku dulu sangat bangga setiap pak pos datang. Alasannya karena tetangga pasti akan bertanya-tanya dan kemudian merasa takjub karena aku dan saudara-saudaraku bisa mendapatkan surat dari luar negeri. Dulu Internet belum nge-trend, jadi luar negeri itu terasa asing dan jauh.
Surat yang ini bukan dari temanku tapi dari pemain bola kesukaanku, Del Piero. Dulu saking gilanya aku dengan sepak bola, aku sempat mengirimi beberapa surat pada pemain sepak bola. Tapi yang membalas hanya Del Piero walaupun isinya hanya sebuah postcard plus tanda tangan. Padahal aku minta poster besar dan kaos timnya karena waktu itu aku sedang ulang tahun. Hehehe, mana ada yang mau ngirim kali ya…
Dari surat-menyurat itu aku juga menjadi memiliki hobi baru, yaitu filateli. Dari semua perangko yang aku punya, yang berasal dari Prancis pemberian adiku. Bentuknya unik berupa gambar istana Versailles yang memanjang dan bola karena saat itu sedang ada World Cup. Dari Jerman juga cukup unik. Ukuran prangkonya lebih besar dari ukuran biasanya. Perangko dari Singapura juga unik, bentuknya belah ketupat.
Sayangnya negeri kita tiba-tiba terserang virus George Soros, jadi harga dollar melonjak tak tertahan. Surat-menyurat ke luar negeri ongkosnya naik. Naiknya lebih dari seratus persen. Buatku yang saat itu masih menjadi mahasiswa, biaya surat-menyurat itu bisa menyedot ongkosku. Akhirnya, berhentilah aktifitas berharga itu. Tak ada lagi kiriman surat dari teman-temanku. Walaupun begitu aku masih tetap menyimpan surat-surat mereka karena mereka adalah bagian dari perkembangan sejarah hidupku.
Kira-kira IYS itu masih ada tidak ya sampai sekarang????????????

Comments

Popular posts from this blog

프라이팬 놀이/Frying Pan Game/BTS

Playing Frying Pan Game/BTS We played a new game called Frying pan game (프라이팬 놀이) with our Korean guests in our Korean Class. It was fun. It’s like catching the mouse game. We learn the Korean numbers in the same time.  Say, if your friend mentions your name and the number, you have to mention your name according to the number he/she mentions previously.  For example, if your friend says "Dana dul (2)", so you have to say your name twice, "Dana...Dana" and so on and so on. If you make a mistake, well, you get the punishment. The type of the punishment depends on the agreement of the players. They are many types, trust me. Just choose one.  This game was played on one of the TV programs in Korea hosted by Kang Ho Dong (강 호 동), Hye Ryong said. 재미 있네요. 우리 애들이 놀이를 좋아해요.  But hey! BTS too played this game on one of their TV shows.  You can check out the video  here  So far, we have learned many Korean games. Mostly we got from Korean T

Bungeoppang a.k.a Taiyaki

Bungeoppang a.k.a Taiyaki “ What did Archimedes say? “Eureka”. I would like to borrow his word for my little success although I didn’t invent anything. ”     Aku udah bingung banget cari resep Bungeoppang , kue isi pasta kacang merah berbentuk ikan. Coba beberapa resep tetep tak sukses. Lalu aku tengok resep sodara tuanya Bungeoppang , Taiyaki . Ceritanya dulu orang Jepang yang memperkenalkan Taiyaki ke Korea saat jaman pendudukan mereka dulu. Nah, kalo orang Korea bilang Bungeoppang itu sama a ja  dengan Taiyaki . Untuk sejarah   Taiyaki dan Bungeoppang bisa dicari di Wikipedia . Infonya lengkap.   Back to my story Nah, setelah tidak berhasil dengan resep sebelumnya (kegagalan dijamin ada dipihak pembuat kuenya bukan di pembuat resep ^^;) aku kemarin iseng dan penasaran cari resep Bungeoppang dalam bahasa Korea tapi ga dapet. Ada sih satu tapi ga detail dan aku ga ngerti. Trus aku cari resep sodara tuanya aja, Taiyaki. I am lucky. Aku dapet beberapa resep Taiyaki. S

Dora The Explorer Dan Oreo Termahal

Dora the Explorer Dan Oreo Termahal Badan pegal – pegal karena terpenjara selama lebih dari lima jam. Ditambah lagi harus berhimpitan di kerumunan manusia saat festival. Begitu masuk ke dalam  subway , yang pertama kali ingin kulakukan adalah tidur. Ah leganya ketika kulihat ada kursi kosong yang bisa kududuki. Enaknya bisa selonjoran untuk mehilangkan rasa pegal di kaki. Rupanya ketika aku tertidur, muridku iseng mengambil foto diriku yang sedang tertidur. Refleks aku terbangun. Begitu tersadar, tiba – tiba muncul seorang anak kecil bersama ibunya. Mereka berdiri tepat di hadapanku. Harusnya aku beri kursi itu pada mereka tapi ada sedikit kebingungan soal memberi tempat duduk di Korea atau di Jepang. Terkadang para orang tua menolak tawaran tersebut. Terlebih lagi jika kita menawarkan kursi itu pada orang yang masih muda. Salah satu alasan yang kutahu adalah mereka tak ingin terlihat seperti orang tua. Maka, tak heran jika beberapa orang tua pun terkadang menolak diberi kurs