Aku Rela Walau ….
Judul tadi adalah salah satu bait lagu dangdut yang dinyanyikan Hamdan ATT (ajib aku sampe tau ini lagu siapa hehehehe) tapi belum selesai. Kalau di lagunya Bang Hamdan terusannya itu, “aku rela walau hidup susah” tapi kalau di hari kemarin terusan lagunya beda, “Aku rela walau datang pagi, aku rela walau mesti ngantri, aku rela walau terpental dari barisan, asalkan kubisa dapat tiket laskar pelangi.”
Itu nyanyian aku dan Noe untuk hari kemarin. Aslinya kita datang pagi-pagi. Noe bilang dia datang berbarengan sama petugas yang menghidupkan elevator dan bersamaan dengan bukanya toko-toko di BIP ^__^.
Ternyata waktu sampai atas, sudah banyak orang berjubel mengantri di depan pintu 21 Cineplex. Itu pintu belum dibuka aja sudah ngantri. Lihat deh fotonya di bawah ini
Saat detik-detik pintu hendak dibuka, orang mulai tidak sabaran. Mereka saling dorong. Aku ngeri, de ja vu seperti berita di TV, itu pembagian zakat yang berbuntut kematian. Aku takut terdorong-dorong oleh orang-orang di dekatku. Dan ternyata benar, begitu pintu dibuka, aku terombang-ambing. Saat aku masuk ternyata antrian sudah segamreng. Aku mencari-cari orang yang memakai kerudung warna biru dan memakai baju hangat warna merah. Hasilnya nihi. Eh, ternyata orang yang kuandalkan untuk ngantri tiket terpental jauh ke belakang. Noe, tidak berhasil menyodok ke antrian paling depan, hihihi T___T. Dia langsung lost oriented gitu.
Akhirnya kita mengantri dari belakang lagi. Tiba-tiba dari samping ada seorang anak ABG yang berteriak ke arahku, “Hai Saem. Itu walikelasku.” Ya, ampun. Itu Abdan muridku. Teriakannya itu lho! Aku kan tidak sedang mengajar, ngapain panggil-panggil walikelas.
Kami semua mengantri tanpa tahu tentang kepastian apakah Laskar Pelangi akan tayang di BIP. Kami saling bertanya satu sama lain. Tetapi antrian tidak langsung hilang. Namun ada beberapa orang yang ragu dan pergi ke tempat lain. Ini terjadi pada muridku. Dia pergi ke BSM karena takut Laskar Pelangi tidak tayang di sini. Ternyata, tulisan Laskar itu baru muncul di layar setelah beberapa orang mendapatkan tiket. Barulah kami yakin bahwa hari itu Laskar Pelangi akan tayang premier di BIP.
Aku dan Noe mengantri dari jam setengah sepuluh dan dapat tiket untuk jam dua lima belas menit. Rata-rata orang-orang yang membeli tiket jumlahnya selalu banyak. Aku dan Noe bergantian mengantri tiket. Saat aku maju untuk memilih kursi, ternyata itupun sudah kebagian kursi paling depan. Ya, terima nasib deh. Aku membeli tiket yang terletak jajaran ke tiga dari depan dan di pinggir pula. Jadi saat nonton posisi duduknya harus miringT__T.
Nah, sekarang bagaimana dengan filmnya? Hmmm…dibilang puas sekali tidak, dibilang jelek sekali juga tidak. In between lah. Kalau aku beri nilai mungkin sekitar 60. Film dibuat beda dari novelnya tapi intinya tetap sama. Sayangnya ada beberapa adegan yang kurang menggigit. Seperti adegan Lintang dengan buaya dan cerdas cermat. Aku tidak tahu apakah soal cerdas cermat di novel terlalu tinggi untuk anak SD sehingga bobot soalnya harus diturunkan. Dan kehebatan Lintang terasa biasa. Kalau di novel dia terlihat menonjol kejeniusannya di setiap mata pelajaran. Sepertinya pengetahuanya tak terbatas kecuali untuk kesenian. Tapi di film, dia hanya terlihat pandai untuk matematika saja. Adegan saat dia menonjolkan kejeniusannya ketika berdebat dengan juri juga terasa biasa.
Tapi beberapa adegan Lintang berhasil membuat aku, Noe dan Adjeng menangis. Apalagi saat dia harus berhenti sekolah dan mengurus adik-adiknya, aduh ngga tahan deh. Langsung air mata mengalir.
Adegan yang menghibur adalah adegannya Mahar, Ikal, Borek dan Kucai. Beberapa pemain pelengkap terasa kurang memuaskan. Kalaupun mereka tidak dibahas atau tidak diikutsertakan juga tidak apa-apa. Tokoh Flo, Sahara , dan teman-teman yang lainnya terasa datar saja. Tapi dari semua, tokoh yang sangat menganggu itu tokoh ibunya Ikal yang dimainkan Rike Diah Pitaloka. Apa memang kebiasaan bicara ibu Ikal itu cenderung suka berteriak-teriak? Atau Rike mencoba berbicara dengan logat Melayu tapi tak berhasil sehingga hasilnya terdengar seperti orang berteriak-teriak? Pokoknya aneh saja. Tapi yang paling keren itu Cut Mini. Aku suka logatnya.
Memang susah membuat penonton puas sepuas mereka membaca bukunya hehehehe^__^. Oh, bagi mereka yang belum membaca bukunya, ada beberapa adegan yang bisa membuat bingung penontonnya. Yang pasti membaca bukunya cukup menolong saat menonton.
Comments