Pengalaman Pertama Jadi Motorist
Tak pernah terbayangkan sebelumnya untuk mudik dengan pake motor. Tapi karena desakan waktu yang sangat mepet, akhirnya aku mau juga pulang mudik naek motor bareng sepupuku.Karena bapa sekarang udah almarhum, jadi kegiatan meminta maaf sebelum berpuasanya sekarang berbeda. Sekarang kami tak lagi bisa saling meminta maaf secara langsung. Untuk itu yang masih hiduplah yang berkunjung ke makamnya.
Bapa di makamkan di Ciamis, tempat kelahiran ibuku. Dari Bandung bisa ditempuh dengan waktu 2 sampe 2 setengah jam kalo jalan lancar. Hari itu langit di Bandung cerah sekali. Aku merasa aman. Ah, sebelumnya aku pinjam mantel dari Ratna supaya tidak masuk angin. Mantel itu kupakai paling luar. Aku memakai 1 sweater, 1 jaket parasit dan mantel. Lalu syal, kaca mata, dan terakhir kaos tangan yang aku beli di pasar Limbangan. Pokoknya aku ga beri celah sedikit pun untuk angin.
Tapi waktu mendekati Limbangan, Garut tiba-tiba langit jadi gelap. Turun hujan rintik-rintik yang ga mau berhenti. Hujan memaksa aku berhenti sesaat. Tanda hujan akan berhenti ga nampak. Sementara aku dikejar waktu karena aku harus pulang di hari itu juga. Jadilah kita meneruskan perjalanan menembus hujan. Di pasar Limbangan aku berhenti untuk membeli kaos tangan karena tanganku kedinginan sekali.
Mendekati Tasikmalaya, langit sudah agak cerah. Hujannya pun berhenti. Sepatu dan celanaku hampir kering terkena terpaan angin dan panas. Sampai di rumah nenek, aku disambut oleh bibi dan paman serta nenek dan kakeku. Ternyata kakaku sudah nyampe duluan. Dia pergi dengan menggunakan angkutan umum minibus. Aku tidak suka naik minibus karena mereka suka menjejal orang seperti barang trus jalannya ugal-ugalan.
Mereka tertawa ketika melihat pakaianku yang berlapis-lapis. Berat badanku pasti naik ampe 1 atau 2 kilo. Setelah beristirahat dan makan, aku, kakaku, keponakanku dan sepupuku pergi ke makam bapa yang letaknya di bukit. Jalannya lumayan terjal dan menanjak terus-menerus. Sepupuku meletakan tomb stone yang sudah dibeli ibu. Sekarang ada yang baru di makam bapa.
Sepulang dari makam, kami hanya beristirahat sebentar lalu pulang. Aku sudah siap dengan baju berlapisku. Cuaca berubah lagi. Langit begitu cerah. Wah, aku seperti sedang mandi sauna karena kepanasan. Belum lagi debu yang mengotori muka. On the way home, sepupuku itu menjalankan motornya seperti sedang ikutan motor GP, jadi kami sampe di Bandung hanya dalam waktu 2 jam saja.
Selama perjalanan aku harus menahan pegal. Beberapakali aku minta dia berhenti untuk berdiri sejenak. Ketika kubuka penutup wajahku, ya ampun kulihat mataku hitam dan seluruh wajahku terutama dahi hitam terkena debu dan asap knalpot. Membersihkannya saja lama bener.
Besoknya aku merasa pegal-pegal seluruh tubuh sampai harus meminta dipijit sama tukang pijit langgananku. Aku salut kepada mereka yang berani mudik dengan bermotor. Ini pengalaman pertamaku yang tak terlupakan. Rasanya seperti sedang pergi berpetualang
Comments