Saat Di Motor Menuju Sekolah
Hari-hari ini pikiranku sedang nge-hang. Banyak yang mampir di otak ketika aku sedang dibonceng saudaraku di motor hondanya. Salah satunya ini. Tak penting memang tapi terserahlah....Panen Ubi
Jadi tiba-tiba teringat masa kecil. Cerita ketika di SD. Sekolahku yang letaknya di belakang kantor desa dan dikelilingi sawah dan kebun itu adalah tempat bermain dan mencari makanan yang asyik. setiap panen ubi, dipastikan kita akan ikut mengais sisa-sisa panen si empunya kebun. Dan tentunya tanpa permisi. Ubi yang kita jarah kecil-kecil ukurannya. Sudah jelas tidak mengenyangkan. Anehnya kita selalu semangat menggali tanah untuk mencari ubi-ubi kecil itu. Sesudah berhasil menjarah ubi, kita pergi ke tempat yang umumnya kita namai WC tapi sebenarnya itu mata air. Kita cuci ubi-ubi kecil itu dan sejurus kemudian memakannya mentah-mentah. Saat itu ubi-ubi itu terasa enak tiada tara. Tapi kalau dipikir-pikir sekarang apa enaknya ubi-ubi mentah itu. Bagi kami ketika itu mencari ubi seperti mencari harta karun.
Ke WC
Karena sekolahku itu dibagi-bagi menjadi beberapa SD, maka fasilitas MCK jangan pernah diharapkan. Kalaupun ada pasti bau atau tak memiliki persediaan air yang cukup. Sebagai alternatif lainnya kita pergi ke sawah untuk mencari mata air. Bukannya bersih yang kita dapatkan malah kita mendapat tambahan kotor yang menempel di seragam. Untuk ke mata air itu kita harus berjalan di pematang sawah yang sempit. Kalau musim hujan tambah parah jalannya. Resiko terpeleset sudah menghadang. Tapi itu tidak kita sesali. Malah itu adalah tambahan hiburan untuk kita. Kalau pakaian sudah kotor, kita bisa berlama-lama di air dengan alasan membersihkan pakaian. Pekerjaan membersihkan kelas - yang tak mungkin bersih karena ubinnya telah usang dan tergerus - pun akan memakan waktu cukup lama karena ditambah main air.
Musim Hujan
Musim hujan adalah musim yang kita sukai. Bermain di bawah guyuran hujan sangat menyenangkan walaupun resikonya kita bisa terkena sakit panas atau flu. Tapi saat itu mana sempat pikiran seperti itu mucul di pikiran kami. Yang terbayang hanya asyiknya berhujan-hujan bersama teman. Dengan alasan melindungi sepatu, biasanya kita membuka sepatu dan menentengnya. Sambil bersenda gurau kita pulang tanpa alas kaki. Ada cerita lucu tentang hujan. Suatu hari ketika pulang dari sekolah, aku dan teman karibku berjalan menyebrangi jembatan kecil. Saat itu hujan sudah reda tapi air yang mengalir di selokan dan gorong-gorong cukup deras. Ketika melewati jembatan aku terpeleset. Kebetulan air yang mengalir di bawah jembatan itu cukup deras. Sebenarnya hanya sebuah selokan tapi ukurannya agak besar dan dalam. Ditambah ukuran tubuhku yang mungil membuat efek arus air itu begitu hebat. Aku terseret arus air beberapa meter jauhnya. Untunglah ada beberapa orang dewasa yang berhasil menarikku, jadi voila...aku selamat hingga sekarang.
Baju Olah Raga
Ketika SD pernahkan kamu merasakan pengalaman dipelorotkan celana olah ragamu? Sepertinya anak-anak pria itu hobi sekali memelorotkan celana olah raga anak-anak perempuan. Aku pun tak terhindar dari kejahilan anak-anak pria itu. Suatu hari sesudah olah raga, ada anak pria yang mendekatiku dari belakang secara diam-diam. Lalu dia menurunkan celana olah ragaku. Kalau tidak salah dia bernama Roni. Aku kaget dan malu. Akibat dari ras amalu itu aku menangis sejadinya dan memukuli anak itu. Sepertinya dia tidak menduga reaksiku akan sebegitu heboh. Dia hanya menyeringai dan garuk-garuk kepala tak tahu apa yang harus diperbuat.
Comments