Skip to main content

Balada Si Sepatu Baru

Balada Si Sepatu Baru

Hmmm, Sabtu kemarin aku harus ke undangan pernikahan temanku, Nei. Celakanya, ketika aku periksa sepatu atau tas keadaannya sangat mengkhawatirkan. Satu-satunya sandal hak tinggi yang kupunya sudah rusak (maklum, tidak dirawat dengan baik). Lalu tas untuk ke pesta hanya ada satu, itupun pemberian orang tua murid. Warnanya hitam. Aku terlalu cuek untuk urusan yang berbau perempuan. Mungkin karena aku 80% tomboy dan 20% feminine. Peralatan yang kupunya lebih banyak yang berbau cowok.
Hehehehehe…ngga mungkin dong, aku beli dalam sekejap semua peralatan yang kubutuhkan itu. Munculah ide saat aku mencoba sepatu kets warna putih yang baru aku beli. Ide pertamanya, sepatu itu akan aku gunakan untuk lari pagi bersama adiku. Setelah menonton acara Oprah Show dengan bintang tamunya dr. Oz, aku dan adiku bertekad untuk mengikuti hidup sehat yang dianjurkan dr. Oz itu. Makanya kita membeli sepatu olah raga.
“Sepatu ini kayaknya cocok dengan rok jeans warna biru.” Pikirku. Karena aku pikir aku tak memiliki blus yang cocok dengan rok itu, aku sempat meminta ibu menjahitkan kain garis-garis warna coklat. Kain itu dibeli di Gasibu bareng Nur lalu Adjeng ikutan. Harganya Rp. 10.000 per meter dengan lebar 1.5m (tetap cari yang murah, kwalitas bagus kalau bisa banyak^^). Tapi sewaktu aku beritakan ide itu pada Nur, dia mengingatkanku kalau aku memiliki blus warna coklat.
Saat kuperiksa ternyata memang benar ada. Blus itu tampaknya tak bermakna bagiku. Ya, ada cerita menyedihkan sih dengan baju itu. Ceritanya dilewat saja, ya? Waktu aku lihat dengan seksama, memang baju itu pas sekali dengan roknya. Jadilah aku putuskan untuk memakai blus warna coklat dengan bordiran bunga, rok jeans warna biru dan sepatu kets warna putih yang masih baru itu.
Saat tiba di sekolah (karena kita akan pergi rombongan dari sekolah) muridku langsung protes. Seorang murid cowok mengatakan, “Saem, bajunya sih aku beri nilai delapan. Tapi aduh itu sepatunya?” Aku hanya nyengir saja. Saat muridku yang lainnya melihatku, mereka semua memuji penampilanku. “Saem, kau tampak anggun sekali.” Itu karena mereka belum melihat sepatuku. Reaksinya mereka berbeda 180 derajat begitu melihat sepatuku.
“Ya ampun, Saem. Itu sepatunya kenapa?”
Kan ini matching dengan roknya.”
“Iya, tapi itu sepatu olah raga. Ampun, mana tali sepatunya beda warna lagi.”
“Emang disengaja. Aku dikasih dua tali sepatu, biar lebih oke aku pake warna yang beda aja.” Senyum lebar dengan tangan kanan memberikan tanda V.
“Saem, pake hak tinggi biar matching.”
“Pegel! Ntar yang ngerasain pegel bukan kamu tapi aku.” Jawabku datar
“Tau ga, seumur-umur aku sekolah, baru kali ini aku lihat guru kayak kamu, Saem. Pake sepatu flat atau sepatu kayak gini. Ga kayak guru-guru aku dulu.” Ujar salah satu muridku. Murid yang lain memberikan komentar yang sama.
Aku jawab santai sambil tersenyum saja, “Aku memang ga kayak gurumu.” Dan berhentilah semua komentar itu. Hehehehehe…susah ya!
Dulu, saat aku menghadiri pernikahan temanku yang lain, aku dan Nur sempat membuat rencana heboh agar kita jadi pusat perhatian. Aku, Nur serta beberapa anak kelas Korea datang ke pernikahan itu dengan memakai Hanbok (pakaian tradisional Korea). Warna yang mencolok dan ukurannya yang besar itu tentulah menjadikan kita benar-benar jadi pusat perhatian. Sebenarnya, anak-anak itu mengajakku untuk memakai Hanbok lagi. Tapi karena bajuku dipinjam dan yang lainnya baru dikembalikan, aku memutuskan untuk tidak ikut serta kali ini. Lagian, aku sudah punya ide asliku sendiri.
Kecuali tamu-tamu yang lain, murid-muridku dan teman kerjaku semua tersenyum saja lihat ulahku kali ini. Malah Kang Beben hobi sekali mengambil gambar sepatuku saja. Sebel! Dia juga yang pertamakali mengotori sepatu baruku itu. Biasa acara tradisi kenalan dengan sepatu baru. Selanjutnya, begitu sepatu itu dipake lagi ke sekolah, noda injakan sepatu bertambah. Banyak yang ingin berkenalan dengan sepatu putihku itu. Aku agak kurang suka jika sesuatu yang berwarna putih terkena noda. Tapi kali ini aku biarkan saja. Tak ada gunanya juga mencegah mereka menginjak sepatuku.
Sepulang dari acara pernikahan kita ke All About Strawberry. Aku hanya mengganti blusku dengan kaos warna merah. Cerita selanjutnya tentang kunjungan ke All About Strawberry, kunjungi saja blognya Ibu Adjeng, www.namakulayla.multiply.com. Aku idem sama dia tentang All About Strawberry.

Comments

Popular posts from this blog

프라이팬 놀이/Frying Pan Game/BTS

Playing Frying Pan Game/BTS We played a new game called Frying pan game (프라이팬 놀이) with our Korean guests in our Korean Class. It was fun. It’s like catching the mouse game. We learn the Korean numbers in the same time.  Say, if your friend mentions your name and the number, you have to mention your name according to the number he/she mentions previously.  For example, if your friend says "Dana dul (2)", so you have to say your name twice, "Dana...Dana" and so on and so on. If you make a mistake, well, you get the punishment. The type of the punishment depends on the agreement of the players. They are many types, trust me. Just choose one.  This game was played on one of the TV programs in Korea hosted by Kang Ho Dong (강 호 동), Hye Ryong said. 재미 있네요. 우리 애들이 놀이를 좋아해요.  But hey! BTS too played this game on one of their TV shows.  You can check out the video  here  So far, we have learned many Korean games. Mostly we got...

Yutnori

Yutnori Apa itu Yutnori ? Hmmm... pernah dengar yutnori (dibaca: yunnori)? kata ini bukan berasal dari bahasa Jawa tapi bahasa Korea. Yutnori adalah nama salah satu permainan tradisional Korea.  Permainan ini biasa dimainkan secara beregu ketika acara tahun baru Korea yang disebut juga 설날 (sollal) . Tahun baru biasanya menjadi ajang kumpul seluruh anggota keluarga. Selain makan Tteokguk , mereka biasanya memainkan Yutnori . Ini penampakan Yutnori , ada papan permainan dan dadunya. Yang unik, dadunya tidak bentuk kotak seperti kebanyakan dadu pada umumnya tapi berbentuk batangan. Hal lain yang membedakan dadu  yutnori  dari dadu pada umumnya adalah tidak ada bentuk titik-titik yang melambangkan angka. Yang ada itu tulisan  도  (Do),  개  (Gae),  걸  (Gul), dan  윷  (Mo) .   Eh, permainan ini pernah muncul disalah satu drama Korea yang dulu nge-hits banget dulu, Princess Hours. Kalau tidak salah di ep...

Bungeoppang a.k.a Taiyaki

Bungeoppang a.k.a Taiyaki “ What did Archimedes say? “Eureka”. I would like to borrow his word for my little success although I didn’t invent anything. ”     Aku udah bingung banget cari resep Bungeoppang , kue isi pasta kacang merah berbentuk ikan. Coba beberapa resep tetep tak sukses. Lalu aku tengok resep sodara tuanya Bungeoppang , Taiyaki . Ceritanya dulu orang Jepang yang memperkenalkan Taiyaki ke Korea saat jaman pendudukan mereka dulu. Nah, kalo orang Korea bilang Bungeoppang itu sama a ja  dengan Taiyaki . Untuk sejarah   Taiyaki dan Bungeoppang bisa dicari di Wikipedia . Infonya lengkap.   Back to my story Nah, setelah tidak berhasil dengan resep sebelumnya (kegagalan dijamin ada dipihak pembuat kuenya bukan di pembuat resep ^^;) aku kemarin iseng dan penasaran cari resep Bungeoppang dalam bahasa Korea tapi ga dapet. Ada sih satu tapi ga detail dan aku ga ngerti. Trus aku cari resep s...